RSS

Arsip Kategori: Refleksi Perkuliahan

Olah Pikir


Refleksi 8 Perkuliahan Matematika Model

Kamis, 12 Mei 2016

Theresia Veni Tri Nugraheni

PM D/15709251090

 

Dalam perkuliahan ini akan dibahas beberapa topik yang berasal dari tulisan para mahasiswa. Tulisan yang merupakan hasil olah pikir para mahasiswa.

  1. Noktah

Noktah ini ialah butir, tanda atau titik. Bila noktah diambil berdasarkan tandanya, maka tanda noktah yang paling lazim ialah titik. Posisi noktah ada di matematika. Noktah merupakan suatu yang terpelajar karena kata ini bukan merupakan kata yang umum yang biasa digunakan oleh orang. Artinya noktah ini memiliki hak istimewa yang tidak semua orang paham. Noktah merupakan semua karakter dari semua titik. Ada perbedaan antara noktah dan titik ini. Misalnya saja semua titik tidak selalu dapat diganti dengan mana noktah. Jika titik diturunkan akan menjadi materi. Bila titik dinaikan dalam formal akan menjadi butir. Dan jika titik ini ada di dalam pikiran, maka titik adalah objek. Di dalam filsafat, titik ialah yang ada. Jika dinaikkan ke struktur teratas, di dalam spiritual, titik ialah ciptaan Tuhan

  1. Air

Air merupakan unsur ontologis.  Bagaimana menembus ruang dan waktu dari air ini perlu diekstensifkan seluas-luasnya dan diintensifkan sedalam-dalamnya. Semakin tinggi maka  akan semakin kompleks dan semakin rendah maka akan semakin sederhana. Materi dari air ialah air. Formal dari air adalah tata air, peraturan yang berkaitan dengan air. Normatif dari air ialah segala yang berkaitan dengan ilmu air, termasuk komposisi. Spriritual dari air ialah air doa. Ikon dari air ialah pada awal zaman, yaitu pada zaman Yunani, ketika ilmu filsafatnya ialah ingin mengungkap semua benda yang berada di luar pikiran. Ada filsuf-filsuf Yunani yang mengatakan alam semesta ini terbuat dari air, tanah, udara, atau api.

  1. Pikiran

Materi pikiran adalah otak, diektensikan sedikit menjadi  makanan otak-otak karena otak-otak seenak otak. Secara formal, otak berupa aturan atau pendapat. Formal menyangkut peraturan kehidupan. Dalam normatif, otak berupa pikiran. Secara spiritual pikiran adalah hati. Dalam spiritual semua masuk ke hati atau keyakinan.

 

Secara keseluruhan agar menghasilkan tulisan yang baik haruslah dengan selalu mencamtumkan sumbernya untuk menghindari melakukan plagiat.

 
 

Memahami Struktur


Refleksi 7 Perkuliahan Matematika Model

Kamis, 21 April 2016

Theresia Veni Tri Nugraheni

PM D/15709251090

 

Untuk menuliskan suatu topik, hendaknya tulisan tersebut memiliki time line yang jelas dan tidak plagiat. Struktur dari terbawah ke teratas, yaitu dari struktur material, formal, normatif dan spiritual. Struktur secara horizontal berarti menjelaskanya sesuatu yang berjalan dari masa ke masa sesuai dengan pendapat pada saat itu. Membuat tulisan membutuhkan keikhlasan, keikhlasan dengan menggapai hati yang jernih dan pikiran yang kritis karena menulis adalah salah satu bentuk olah pikir.

Dalam perkuliahan kali ini dibahas mengenai beberapa topik yang akhirnya diberikan penilaian.

  1. Bahagia

Dalam menuliskan topik bahagia dan juga men-timeline-kannya, hendaknya dijelaskan sesuai dengan struktur material, formal, normatif dan spiritual. Setelah dilanjutkan satu persatu maka akan nampak bahagia secara vertikal itu seperti apa. Haruslah jelas bagaimana bahagia ini dapat menembus ruang dan waktu maka dibutuhkan adanya transformasi (perubahan bentuk/istilah). Perubahan bentuk yang mudah dilihat dan dipahami ialah perubahan istilah. Bahagia antara orang zaman dahulu dengan sekarang memang berbeda tingkat kebahagiaannya dan cara berbahagianya pun berbeda. Hal ini perlu juga dijelaskan, sehingga bagaimana bahagia ini dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini akan membantu dalam menembus ruang dan waktu. Misalnya bahagia  bagi orang tua adalah senang, bahagia anak muda adalah happy, bahagia para dewa adalah kodrat.

  1. Berani

Untuk menjelaskan berani, maka di awal perlu dijelaskan apa yang membuat berani ini muncul dan dimana berani ini bermuncul awalnya. Berani dapat diartikan secara kontekstual. Maka perlu diketahui jangkauan secara ekstensi dan intensi. Sehingga akan terlihat berani dari zaman dahulu dari awal hingga akhir jaman. Setelah itu dapat dilihat dari rendah dan tingginya dimensi. Awal zaman bagaimana orang mengertikan berani itu bagaimana. Kira-kira konteks yang bagaimanakah yang dikatakan yang terkait dengan berani. Nah, hal ini perlu dijelaskan agar tentunya dapat menembus ruang dan waktu.

Berani ini lebih tepat dikatakan sebagai fenomena psikologi, yaitu gejala jiwa lawannya takut.  Mengenai berani ini lebih berat mengarah ke psikologi dibandingkan mengenai filsafat. Karena antara berani dan takut merupakan suatu kesatuan. Agak sulit mengkaitkan berani dengan filsafat, karena berani di zaman modern, kontemporer tidak terlihat, bermasalah dari unsur ontologis.

  1. Adil

Adil ini sesungguhnya merupakan suatu keadaan. Namun, adil ini lebih ke ranah politik. Tapi adil ini bila diceritakan sesuai filsafat ialah dapat diartikan sebagai bijaksana. Karena makna adil ini saling berbeda antar setiap orang. Adil dapat bersifat relatif, tergantung penulis akan membawa ke arah mana topik adil. Dari adil kemudian menjadi bijaksana mengalami perubahan bentuk. Ini dapat didasarkan oleh pendapat pada filsuf dalam memaknai adil kemudian menjadi bijaksana. Bahwa salah satu kebijaksanaan ialah bersifat adil.

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada April 30, 2016 inci Refleksi Perkuliahan, Uncategorized

 

Mendalami Struktur Hermeneutika


Refleksi 4 perkuliahan Matematika Model

Senin, 21 Maret 2016

Struktur lengkap dalam struktur hermeneutika merupakan ekstensi dan intensi. Salah satu ekstensi itu banyak, salah satunya dalah diekstensikan dalam sisi ruang dan waktu. Ektensi dalam bidang waktu adalah time line atau sesuai dengan sejarahnya. Pada setiap titik sejarah kita ekstensikan dalam sisi ruangnya, ruang itu adalah keanekaragaman dan dimensinya, sedangkan intensinya pada setiap titik kalau diintensikan maka akan ditemukan kedalamannya. Intensi dan ekstensi yang dinginkan dalam struktur hermeneutika, yaitu seperti yang dipikirkan para filsuf, para matematikawan dan para ilmuwan supaya struktur hermeniutika menjadi valid, dapat dipercaya atau accountable.

Cara mengambil unsur ontologis dalam struktur hermeneutika, ibarat pohon kalau diambil dari sisi bunganya itu akan sulit untuk untuk mencapai akarnya. Tapi kalau mengambil akarnya akan lebih mudah ketemu bunganya, karena sari-sari makanan mengalir dari akar menuju ke bunga. Matematika itu adalah dahan, dahan yang lain banyak contohnya : fisika, ilmu sosial. Artinya dalam filsafat dikatakan sebagai ilmu bidang. Batas ilmu bidang adalah Aguste Comte. Sejak Aguste Comte ada maka muncul ilmu bidang seperti matematika, biologi, geografi, geologi dan segala macam ilmu pengetahuan, karena semangatnya adalah semangat untuk membangun dunia. Matematika murni juga merupakan ilmu bidang.

Dalam membuat struktur hermeneutika ambil unsur satuan. Jika di dalam ilmu sosial atau statistiknya maka satuan data. Jika dalam biologi maka genetikanya. Jika dalam fisika maka atomnya. Jika dalam filsafat makaunsur dasarnya. Ciri-ciri unsur dasar itu adalah dari sisi istilah saja. Jika diteliti dengan berbagai macam pengetahuan, ilmu dan yang berdimensi maka sebenarnya hal tersebut merupakan simulasi dari kehidupan sehari-hari. Karena hidup itu selalu tentang yang ada dan yang mungkin ada, apa saja yang terkait dengan hidup kita sekarang. Hal itu berarti kita sedang belajar. Kita lebih-lebihkan metodenya itu. Kita simulasikan, sehingga apapun persoalan hidup kita sudah masuk kesitu. Termasuk adalah pembelajaran matematika.

Contoh dalam membuat struktur hermenutika dengan unsur dasar pikiran. Sejak jaman orang lahir sampai sekarang, orang itu berpikir terus. Dibuat menggunakan sistematika, minimal sistematika timeline. Dimulai dari timeline pikiran para filsuf, misalnya: jaman Yunani. Bagaiman di jaman itu orang berpikir. Di dalam filsafat tidak bisa parsial tapi harus komprehensif. Komprehensif artinya pikiran di dalam pikiran dan pikiran di luar pikiran. Siapa yang berpendapat, bagaimana pendapatnya, mengalir menembus ruang dan waktu. Ruang dan waktunya adalah masuk ke jaman kegelapan, ketika kebenaran itu didominasi oleh gereja. Manusia tidak boleh menegakkan kebenaran, kecuali gereja yang boleh. Sampai akhirnya dari jaman gelap itu muncul jaman pencerahan, munculnya tokoh-tokoh modern seperti Rene Descartes dan David Huke. Selanjutnya masuk ke jaman modern sampai ke jaman Aguste Comte. Di antara semua yang ada mana yang bisa menerobos, mana yang supporting mana yang tidak supporting, mana yang tumbuh subur, mana yang kurang subur dan sebagainya sampai munculnya scientific dan sebagainya. Jadi epistemologi bisa metode berpikir orang sekarang, orang kemarin, orang dulu. Kalau jaman sekarang kontemporer mulai dari capitalism, pragmatism, utilitarianism, hedonism, materialism dan liberalism mereka berpikir. Supaya jelas dapat dibuat diagramnya.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 28, 2016 inci Refleksi Perkuliahan, Uncategorized

 

Struktur Hermeneutika


Refleksi 3 perkuliahan Matematika Model

Senin, 14 Maret 2016

 

Dalam hermeneutika, ada terdiri dari dua, yaitu ada yang tetap dan ada yang berubah. Ada yang tetap itu dipikiran manusia, sedangkan ada yang berubah itu diluar pikiran manusia. Ada yang tetap adalah yang dipikir atau dinalar sedangkan ada yang berubah adalah yang diluar pikiran itu, hal yang dialami atau pengalaman sehingga menjadi nyata.

Dalam ada yang berubah, lahirlah filsafat realisme dengan tokohnya adalah Aristoteles. Dalam ada yang tetap, nalar dari Plato memunculkan lahirnya paham rasionalisme. Nenek moyang filsafat dari ada yang tetap adalah Permedides, sedangkan ada yang berubah adalah Heraclitos. Dalam ada yang tetap menggunakan logika maka muncul Logicism. Dalam ada yang tetap, pikiran bersifat analitik contohnya apriori karena bersifat tetap/konsisten sehingga kebenerannya menjadi koheren sehingga diperoleh filsafat koherenism. Dalam ada yang berubah, menggunakan realism kebenarannya itu cocok dengan persepsi. Cocok itu korespondesi sehingga lahirlah filsafat korespondesionalism. Dunia anak-anak berada pada ada yang berubah ialah dunia persepsi yang menggunakan panca indera, sedangkan dunia orang dewasa berada pada ada yang tetap ialah penalaran. Namun pembuktian matematika bukan menggunakan panca indera. Bukti matematika dalam ada yang tetap memerlukan konsistensi sehingga membutuhkan hukum identitas. Dalam bahasa matematika, hal tersebut disebut tautologi yang berlaku apriori. Apriori adalah paham sebelum ada kejadian. Dalam ada yang berubah digunakan kontradiksi yang berlaku sifat sintetik, yaitu aposteori. Aposteori adalah paham setelah kejadian.

Ancaman dalam ada yang tetap adalah kosong yang disebut omong kosong, sedangkan dalam ada yang berubah adalah buta disebut tindakan buta. Ada yang tetap juga memiliki sifat ideal, absolut, dan terbebas ruang dan waktu, contohnya ialah 2 +5 = 7 bernilai benar. Jika terikat ruang dan waktu 2 buku ditambah 5 pensil sama dengan 7 buku dan pensil maka bernilai salah. Oleh karena itu, inilah yang dinamakan kontradiksi.

Dalam ada yang tetap muncul rasionalism oleh tokoh Rene Descartes yang berpandangan ilmu berdasarkan rasio. Dalam ada yang berubah muncul empiricism oleh David Huke yang berpandangan ilmu berdasar pengalaman. Masing-masing penjaga dunia. Berabad-abad mereka bertengkar dan punya pengikut, munculah tokoh pendamai yang mempunyai solusi yaitu Immanuel Kant. Dari pertengkaran tersebut, Immanuel Kant menengahi pertengkaran dengan menggabungkan apriori dan sintetik, yaitu ilmu bersifat sintetik apriori.

Matematika murni menurut Imanuel Kant belum termasuk ilmu. Sehingga muncullah tembok pembatas, pada tahun 1857 yang dicetuskan oleh Auguste Comte. Aguste Comte mengusulkan untuk membangun dunia dengan pikirannya dan ia juga menulis buku positivism. Dia menantang para filosof sebelumnya. Beliau mengajukan sebuah pertanyaan bahwa dalam membangun dunia manakah yang akan dipilih berdasar agama, filsafat, atau logika saintifik/metode saintifik/ilmiah. Lalu Comte, menjawab sendiri karena tidak ada yang mampu menjawab didalam bukunya yaitu positivism. Menurut Comte dalam bukunya, agama tidak logis, jadi tidak bisa dipakai sebagai dasar membangun dunia. Filsafat masih bisa digunakan ettapi menurutunya untuk membangun dunia maka menggunakan saintifik.

Di Indonesia urutan struktur dari yang paling dasar ke paling atas, yaitu material, formal, normatif, spiritual. Akan tetapi ternyata melampui batas ruang dan waktu sehingga membentuk struktur kekinian. Struktur kekinian dengan struktur paling dasar ke paling atas yaitu archaic, tribal, tradisional, feodal, modern, post modern, post-post modern/powernow/kontemporer. Pilar-pilarnya, yaitu capitalism, pragmatism, utilitarianism, hedonism, materialism dan liberalism. Ketika kita dalam kehidupan sehari-hari dari bangun tidur, kita termasuk dalam pilar-pilar tersebut. Pilar-pilar tersebur telah menancap. Secara sadar, tidak sadar diri kita sudah menjadi bagian dari mereka. Jika kita flashback sumber kesalahannya ada di Auguste Comte. Di Indonesia dalam keadaan ini rakyat ataupun pemimpin tidak dapat melakukan sesuatu. Indonesia itu masih ada unsur tradisional yaitu kekuatan spiritualnya masih kuat. Ujung tombak dari capitalism adalah ICT, pendidikan, budaya, ekonomi, sosial, dan politik. Hal tersebut merupakan ujung tombak menguasai dunia. Dalam matematika pendekarnya yaitu formalism, hibertinanism, absolutism. Hal tersebut ternyata mempengaruhi pendidikan Indonesia, misalnya kurikulum 2013 yang menggunakan saintifik. Selain itu, kurikulum pendidikan matematika malah disusun dari matematika murni di perguruan tinggi karena dianggap membela penguasa. Harapan saya, perubahan dan perbaikan kurikulum Indonesia dapat dilakukan demi kemajuan pendidikan Indonesia. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 21, 2016 inci Refleksi Perkuliahan, Uncategorized

 

Wadah dan Isi


Refleksi 2 perkuliahan Matematika Model

Senin, 7 Maret 2016

 

Kita di dalam kuliah matematika model menggunakan metode hermeneutika (menerjemahkan dan diterjemahkan). Matematikawan murni adalah salah satunya yang menggunakan hermeneutika. Kita bisa meniru dari mereka. Matematikawan murni itu berfikirnya menggunakan landasan maka matematikawan murni disebut kaum foundationalism. Di dunia ini ada dua dalam berpikir yaitu berlandasan atau tidak berlandasan. Contoh hidup berlandasan: berkeluarga itu landasan nikah, beragama landasannya kitab suci atau keyakinan. Contoh hidup tidak berlandasan: berpikirnya anak kecil. Anak kecil tidak menggunakan landasan dalam berpikir, misalnya dia mengerti tentang besar kecil, jauh dekat, panas dingin. Tidak berlandaskan, tidak berdasar definisi. Landasannya adalah pergaulan atau pengalaman. Anak kecil berpikir dalam matematika menggunakan intuisi.

Ilmu landasannya, yaitu foundationalism dan institutionalism. Kalau matematika dengan foundationalism dengan matematika murni maka landasannya membuat definisi, jangankan definisi dalam matematika model, “yang ada” juga berstruktur, model. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Jika yang ada aja mempunyai struktur apalagi definisi. Definisi dari matematika murni juga berstruktur. Definisi terdiri dari unsur-unsur yang tidak didefinisikan. Unsur dasar dari yang “tidak didefinisikan itu “ adalah”. Tidak ada yang dapat mendefinisikan “adalah”. Dewa saja tidak bisa mendefinisikan “adalah”. Unsur mendasar paling mendasar dari filsafat adalah definisi. Jika orang mendefinisikan himpunan ialah “bilangan”, “sama dengan”, “adalah”. Hal tersebut merupakan unsur primitif yang tidak perlu untuk didefinisikan. Semua unsur primitif itu kategori “yang ada” dan pasti mempunyai struktur. Strukturnya adalah wadah dan isi. “Adalah” mempunyai struktur. “Sama dengan” itu wadah tapi maksudnya menghubungkan antara predikat dengan subyeknya.

Tak diungkapkan, tak dikatakan itu sudah ada sebelum manusia lahir. Dari struktur “adalah” saja sudah bisa di timeline-kan. Jika kurang bermakna ditambah unsurnya, misalnya definisinya. Hal yang dilakukan oleh orang matematika yaitu penggalan di “kebun rayanya matematika”. Unsur yang berdefinisi akan membentuk sebuah definisi, bangunan maka orang matematika membentuklah yang namanya aksioma. Aksioma adalah hubungan antara definisi. Aksioma pertama memiliki struktur yang besar lalu digabung dengan aksioma lain menjadi teorema. Teorema memiliki struktur yang lebih besar dari aksioma. Matematikawan murni tugasnya hanya membuat teorema, dan teorema itu tidak kontradiksi dengan teorema yang lainnya. Itulah yang dinamakan identitas dan tidak bersifat kontradiksi. Tautologis, teorema kesepuluh ribu sama dengan teorema pertama atau bagian-bagiannya. Tak peduli ruang dan waktu matematikawan dipakai atau tidak akan tetapi ada prinsip bahwa ada logikanya, ada konsistensinya, ada identitasnya maka dunia dibawahnya memiliki prinsip yang sama sehingga matematika terpakai. Kalau matematika murni terbebas dari ruang dan waktu, mtetapi tidak terlepas dengan unsur-unsurnya, maka rumus itu banyak. Rumus itu struktur, struktur itu juga rumus. Contoh, bidang lurus, bidang datar, segitiga, lingkaran mereka punya rumus masing masing. Kalau dijadikan satu disebut mono, ketunggalan. Filsafat juga kalau dijadikan satu itu dinamakan ketunggalan, kuasa Tuhan. Jika rumusnya sulit maka kuasa Tuhan. Hal tersebut disebut monoisme. Struktur kuasa Tuhan paling tinggi, melingkupi semuanya. Gambaran tersebut sebagai gambaran dalam matematika model, hanya diekstensikan.

Jika filsafat itu intensi sedalam-dalamnya dan ekstensi seluas-luasnya, salah satu diekstensikan dalam ruang dan waktu. Definisi misalnya sudah ada semenjak kita belum lahir. Plato mendefinisikan matematika itu lengkap. Seorang idealis mengatakan matematika itu sudah ada tapi belum menemukan. Sebagian orang belum menemukan matematika karena sebagian dosanya diikat oleh badannya yang kotor. Dalam filsafat, tidak ada yang lebih dalam dan tidak ada yang lebih sederhana kecuali yang ada. Struktur dari yang ada adalah wadah dan isi. Wadah dan isi lalu ditimeline-kan. Wadah di didalam pikiran, siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan menghasilkan idealisme. Wadah di luar pikiran, benda yang konkret.

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Maret 13, 2016 inci Refleksi Perkuliahan, Uncategorized

 

Antara Ada dan yang Mungkin Ada


Refleksi 1 Perkuliahan Matematika Model Senin, 22 Februari 2016

Theresia Veni Tri Nugraheni

PM D/15709251090

 

Filsafat ilmu adalah ide atau pengetahuan. Belajar filsafat dari mitos menuju logos. Mitos adalah percaya saja tanpa dipikirkan. Logos adalah percaya tapi dengan dipikirkan lebih dahulu. Hidup ini penuh mitos. Mitos ini pun bermanfaat. Dari kecil kita belajar dengan mitos. Misal, jangan duduk di depan pintu. Karena ada mitos bahwa duduk di depan pintu tidak pantas.

Matematika model adalah kelanjutan dari filsafat ilmu. Filsafat ilmu dikenakan filsafatnya saja. Matematika model adalah lebih dari hermeneutika (menerjemahkan dan diterjemahkan) struktur-struktur ide/gagasan. Matematika yang kita pelajari adalah struktur atau model, semua matematika mempunyai struktur. Di dalam filsafat semua ide atau gagasan adalah struktur. Filsafat ilmu adalah ide atau gagasan. Obyek filsafat adalah yang ada dan yang mungkin ada. Bapak Marsigit memberikan contoh perbedaan antara ada dan yang mungkin ada, sebagai berikut:

Obyek yang mungkin ada:

“Saya ingin mengeluarkan sesuatu dari saku saya. Apakah kalian tahu apa yang akan saya keluarkan? Tidak ada mahasiswa yang mengetahuinya. Kedudukan obyek yang akan saya keluarkan dalam pikiranmu adalah yang mungkin ada. “

Obyek yang ada:

“Apakah perbedaan mengerti dan sebelum mengerti atau ada dan sebelum ada? Ketika saya tunjukkan benda kepada kalian maka serta merta benda itu akan ada dalam pikiranmu. Kita tahu bendanya karena mulutmu dikendalikan oleh pikiranmu dan di dalam pikiranmu sudah ada benda yang saya tunjukkan.”

Belajar menurut filsafat adalah mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada. Ciri obyek yang ada dalam pikiran kita, yaitu kita bisa menyebutkan salah satu (minimal satu) sifat obyek tersebut. Metode dalam filasafat, yaitu hermeneutika (metode hidup terjemah dan terjemahkan), sedangkan alat belajar filsafat adalah menggunakan bahasa analog. Bahasa analog adalah tingkatan rendah itu sama, tingkatan matematika itu identik, bahasa seni itu perumpamaan bahasa. Analog tidak sekedar perumpaan tapi ada perumpaan di situ. Misalnya ketika kita berbicara pikiran bisa identik dengan dunia, tapi ketika kita bicara hati itu berkaitan dengan spiritual.

Pertanyaan dari mbak Lokana mengenai asal benda-benda yang berasal dari pikiran manusia, sebagai berikut:

Lokana         :    “Dari mana asal benda-benda pikiran yang berasal dari pikiran manusia?.”

Pak Marsigit :    “Asalnya dari ruang dan waktu. Tiadalah ruang kalau tidak ada waktu dan tiadalah waktu kalau tidak ada ruang. Ruang itu adalah yang ada dan yang mungkin ada. Artinya kita tidak mampu memikirkan yang belum kita ketahui atau belum bisa kita pikirkan. Melihat berbeda dengan memikirkan. Waktu berjalan. Karena kalau waktu berjalan maka ruangnya kontekstual. Ruang kontekstual adalah yang ada dan mungkin ada pada waktu yang berjalan. Ketika kita lahir semuanya ada di situ, yang kita ketahui dan yang tidak kita terus sampai saat ini. Karena itu pikiran manusia berasal dari logikanya dan pengalamannya. Logika dan pengalaman akan menghasilkan yang ada dan yang mungkin ada.”

Pertanyaan dari mbak Tika tentang besarnya filsafat mempengaruhi cara pikir orang, sebagai berikut:

Mbak Tika    :    ”Seberapakah filsafat mempengaruhi cara pikir orang?”

Pak Marsigit :    “Filsafat bisa saya definisikan sebanyak 1001 macam definisi. Tiada seorang benar-benar bisa berfilsafat tanpa pikiran para filsuf. Filsafat adalah dirimu sendiri. Semua orang bisa berfilsafat, karena filsafat adalah olah pikir yang refleksif/bercermin.”

Pertanyaan dari mas Abdilah mengenai hubungan antara Tuhan, agama dan filsafat, sebagai berikut:

Mas Abdilah :    ”Bagaimana hubungan antara Tuhan, agama dan filsafat?”

Pak Marsigit :    “Sehebat-hebat saya melangkah saya tidak akan mampu mengejar tulisan saya. Sehebat-hebatnya kemampuan menulis kita, kita tidak akan mampu menulis perkataan kita sendiri. Sehebat-hebatnya perkataan saya, tetap tidak mampu mengatakan yang saya pikirkan. Pikiran manusia itu berdimensi, pararel padahal omongan manusia itu bersifat seri. Omongan manusia itu terbatas, tapi karena keterbatasan itulah manusia itu hidup. Manusia itu sempurna dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna dalam kesempurnaan. Sehebat-hebat pikiranmu tidak akan pernah mengetahui seluruh lerung hatimu.”

 Bersyukur atas setiap pemberian Tuhan. Filsafat itu bisa untuk mensyukuri nikmat dari Tuhan. Hati adalah tempat kita berdoa. Hati adalah spiritual kita. Sebagai seorang yang beragama haruslah menjadikan spiritual sebagai tujuan berfilsafat. Tidak cukup hanya menggunakan pikiran. Pikiran hanya untuk mendukung agar ibadah kita kokoh. Tetapkan hati kita sebagai komandan sebelum kita mengembarakan pikiran kita.

Persoalan filsafat ada dua macam, yaitu di dalam pikiran dan di luar pikiran. Persoalan filsafat kalau di dalam pikiran bagaimana menjelaskan kepada orang lain. Padahal menjelaskan kepada orang lain tidak ada yang sempurna. Kalau ada di luar pikiran masalahnya bagaimana agar kita paham. Hidup adalah belajar, mengadakan dari yang mungkin ada menjadi ada.

 

“Senyumlah memandang dunia maka dunia akan tersenyum memandangmu.”

 

 

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Februari 28, 2016 inci Refleksi Perkuliahan, Uncategorized